Mr. Info
Inilah salah satu alasan kenapa aksi brutal Israel ke Gaza harus segera dihentikan: tak semakin banyak nyawa anak tak berdosa yang melayang sia-sia. Korban tewas akibat invasi Israel ke Jalur Gaza hingga hari ke-12 kemarin (8/1) telah mencapai 700 orang. Sepertiga dari total korban itu adalah anak-anak. Menurut Kepala Unit Pelayanan Darurat Gaza Moawiya Hassanein, bocah yang tewas mencapai 220 jiwa.

Parahnya, serdadu Israel justru makin liar. Saat perwakilan Israel, Hamas, Mesir, dan otoritas Palestina pimpinan Presiden Mahmoud Abbas menghelat dialog di Kairo untuk membahas perihal gencatan senjata, kabinet Israel malah mengistruksi militernya untuk maju menyerang dan masuk lebih jauh ke wilayah Gaza. Otoritas internasional menyayangkan terjadinya hal itu karena berpotensi memperbanyak korban jiwa. Yang lebih disesalkan, peluru pasti tidak mampu membedakan anak-anak atau orang dewasa.

"Yang paling memprihatinkan adalah bertambahnya jumlah anak yang tewas atau terluka," terang Maxwell Gaylard, koordinator misi kemanusiaan PBB untuk Palestina. "Kondisi perang sangat berbahaya bagi anak-anak. Namun, tak ada tempat aman di Gaza, sekalipun tempat bernaung atau selter bom. Untuk sementara, perbatasan ditutup. Hal tersebut mengakibatkan warga sipil tak punya tempat dan cara untuk menyelamatkan diri," sambungnya.

Selain mengancam jiwa, perang berbahaya secara psikologis bagi anak-anak. Berhadapan terus-menerus dengan bom, roket, senjata, dan darah bisa menjadi faktor utama trauma dan tekanan mental."Hal tersebut sangat mengerikan bagi anak-anak. Saya sudah menjumpai yang seperti itu berkali-kali. Namun, itulah yang terparah," ungkap Direktur Program Kesehatan Mental Gaza Dr Iyad Sarraj. Pengalaman merawat bocah lima tahun lalu menjadi pelajaran berharga bagi dia. Ketika itu dia merawat seorang bocah yang trauma setelah sebuah roket Hamas menghantam rumahnya. Waktu itu keadaan gelap karena listrik padam. Tanpa sengaja, tangan si bocah menyentuh sesuatu yang basah dan kental. Begitu sadar, ternyata itu darah saudara perempuannya. Si bocah langsung trauma jika mencium atau memakan daging selama tiga tahun pascainsiden tersebut. Penyakit psikologis yang sama berpotensi terjadi pada anak-anak di Jalur Gaza.

Badan PBB untuk anak-anak, UNICEF, mengimbau Israel maupun Hamas untuk segera menghentikan serangan. "Semua korban konflik menjadi tanggung jawab hukum kemanusiaan internasional. Jadi, anak-anak dilindungi, menerima suplai bantuan kemanusiaan dan dukungan," bunyi pernyataan UNICEF seperti dirilis BBC.

Sementara itu, bantuan kemanusiaan dari Palang Merah Internasional nekat masuk ke wilayah "merah" tersebut untuk meringankan penderitaan korban akibat pertempuran meski sudah dilarang oleh Israel dengan alasan berbahaya. Minggu lalu, serangan rudal Israel menghancurkan sebuah ambulans tim kemanusiaan Bulan Sabit Merah. Akibatnya, seorang paramedis tewas, sedangkan dua lainnya terluka serius.